Disfungsi Ereksi

Disfungsi Ereksi: A sampai Z

Disfungsi ereksi (DE) adalah ketidakmampuan yang menetap untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan hubungan seksual secara memuaskan. DE adalah sebuah gejala dengan spektrum yang luas dimana penyebabnya beragam dan saling bersinggungan satu sama lain. Perlu diperhatikan bahwa DE sangat berkaitan dengan kualitas hidup karena dapat menyebabkan ketidakpuasan terhadap kehidupan seksual yang berakibat penurunan rasa percaya diri, rasa cemas dan depresi, serta kesulitan untuk membuat pasangan hamil.

Penderita DE

Data yang dihimpun oleh Massachusetts Male Aging Study (MMAS) dari Boston, Amerika Serikat, menemukan bahwa jumlah penderita DE pada laki-laki berumur 40-70 tahun adalah sekitar 52%.1 Angka ini mirip dengan hasil sebuah studi di Cologne, Jerman, yang menemukan 52% dari 8.000 laki-laki berumur 30-80 tahun memiliki keluhan DE.2 Sebuah studi lain di Brazil mengatakan bahwa persentasi laki-laki dengan keluhan DE meningkat berdasarkan umur, dimana terdapat 9,4% (kurang lebih 1/10 laki-laki) kasus DE pada laki-laki berumur 18-39 tahun dan 39,6% kasus DE pada laki-laki berumur >70 tahun.3 Di Indonesia sendiri belum ada penelitian yang menilai jumlah penderita DE pada populasi laki-laki dewasanya.

Gejala DE

Gejala yang timbul pada disfungsi ereksi dapat berupa salah satu/lebih dari:
1. Sulit mencapai ereksi
2. Sulit mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan hubungan seksual
3. Menurunnya gairah seksual
Tidak jarang bahwa DE juga disertai gejala gangguan seksual lain seperti ejakulasi dini.

Penyebab DE

Ereksi merupakan proses yang memerlukan sinergi antara sistem pembuluh darah (khususnya di di penis), saraf, dan hormon, sehingga segala kondisi yang menyebabkan gangguan pada fungsi salah satu/gabungan sistem tersebut dapat menyebabkan DE. Secara umum, DE dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan penyebabnya: organik (disebabkan oleh masalah di otak, hormon, saraf, otot, pembuluh darah), psikogenik, dan campuran keduanya. Beberapa penyakit organik yang telah diketahui sebagai faktor risiko DE antara lain:
-Penyakit jantung
-Kolesterol tinggi
-Hipertensi
-Diabetes mellitus
-Obesitas
-Penyakit saraf seperti: Parkinson’s disease, multiple sclerosis
-Riwayat operasi pada daerah panggul
-Kadar hormon testosteron yang rendah
-Kadar vitamin D yang rendah
-Merokok
-Konsumsi minuman alkohol yang berlebihan

Sementara itu, beberapa kondisi yang berkaitan dengan masalah psikogenik adalah:
-Gangguan cemas
-Depresi
-Stress

Pada kebanyakan kasus, DE yang disebabkan oleh factor psikogenik munculnya mendadak dan dipicu oleh suatu kejadian tertentu, seperti: stres di tempat kerja, masalah dengan pasangan seksual.

Studi yang terbaru mengenai DE menemukan bahwa DE dapat menjadi prediktor untuk masalah-masalah kardiovaskular, termasuk penyakit jantung dan stroke, sehingga munculnya keluhan DE dapat menjadi warning sign dari penyakit-penyakit pembuluh darah.4 Pada sebagian kasus, penyebab DE bisa merupakan campuran antara factor organik dan psikogenik sehingga tatalaksana DE memerlukan suatu penilaian holistik.

Kapan perlu datang ke dokter?

Bila DE telah mengganggu kehidupan seksual, konsultasi kepada dokter diperlukan. Selain itu, bila Anda memiliki beberapa penyakit kronis seperti diabetes melitus, hipertensi, atau penyakit jantung, konsultasi kepada dokter menjadi lebih penting karena DE dapat menjadi pertanda belum terkontrolnya penyakit tersebut.

Apa yang akan dokter periksa?

Oleh karena penyebab dari DE sangat beragam, diperlukan pemeriksaan yang sangat teliti untuk mengetahui penyebabnya. Pemeriksaan tersebut mencakup:
• Wawancara perjalanan keluhan DE termasuk kemungkinan gangguan psikologis/psikiatri
• Pemeriksaan fisik, khususnya pemeriksaan penis dan testis (zakar)
• Pemeriksaan darah, khususnya pemeriksaan hormon testosteron dan parameter metabolik, seperti kadar gula darah, kolesterol darah, dan vitamin D

Terapi

Setelah factor risiko DE diketahui, dokter akan merencanakan terapi yang perlu dijalani. Berbagai jenis pilihan terapi tersedia untuk mengatasi DE. Karena kompleksnya penyebab dari DE, tidak jarang beberapa jenis terapi dikombinasikan oleh dokter. Apa saja pilihan terapi tersebut?

Terapi medikamentosa
Beberapa obat yang tersedia adalah sildenafil, tadalafil, vardenafil, dan avanafil. Obat tersebut bekerja dengan menghambat enzim fosfodiesterase-5 sehingga pembuluh darah di daerah penis melebar. Alhasil, darah akan terkumpul di penis dan akan terjadi ereksi yang adekuat. Bila diawali dengan stimulus seksual yang baik, manfaat obat-obatan tersebut akan lebih optimal. Namun, perlu diperhatikan bahwa obat tersebut sebaiknya dikonsumsi sesuai dengan resep dokter karena efek samping yang mungkin ditimbulkan serta penggunaannya yang dapat berinteraksi dengan obat lain, khususnya obat jantung.

Alat vakum penis
Alat ini berbentuk seperti tabung yang berfungsi untuk mengembangkan penis dengan menyedot udara di dalam tabung, sehingga darah terakumulasi di penis dan ereksi dapat terjadi. Alat ini digunakan dengan memasukkan penis ke dalam tabung. Udara kemudian akan disedot dengan menarik tuas atau dengan pompa baterai (tergantung jenis vakum penis yang digunakan). Setelah ereksi tercapai, pasien dapat memasukkan gelang yang tersedia bersamaan dengan alat vakum penis ke pangkal penis untuk mempertahankan supaya ereksi tetap terjaga hingga ejakulasi. Gelang ini akan dilepas setelah ejakulasi.

Terapi lainnya
Beberapa terapi lain yang tersedia antara lain: injeksi alprostadil, terapi hormon testosteron, dan operasi implan penis dapat menjadi alternatif bila terapi dengan obat-obatan tidak berhasil. Apabila DE yang dialami merupakan akibat dari factor psikogenik, seperti gangguan cemas, depresi, dan stress, konseling psikoterapi merupakan terapi yang perlu dijalani oleh penderita.

Pencegahan

Beratnya dampak dari DE tentu menbuat pencegahan menjadi hal yang sangat penting. Intervensi dini dapat mencegah individu berisiko agar terhindar dari DE. Apabila Anda memiliki berbagai penyakit penyerta seperti yang telah dijelaskan di atas, lakukan kontrol rutin kepada dokter yang ahli di bidang penanganan DE. Selalu jaga pikiran agar tetap positif sehingga rasa cemas dan depresi dapat terhindarkan. Bentuk pencegahan DE lainnya adalah:
-Berhenti merokok
-Menurunkan berat badan menjadi ideal
-Rutin berolahraga atau aktivitas fisik minimal 3 kali/minggu selama setidaknya 45 menit
-Kurangi konsumsi alkohol
-Perbaiki komunikasi dengan pasangan dan selalu libatkan pasangan dalam setiap tatalaksana masalah seksual.

Kesimpulan

DE merupakan suatu permasalahan yang kompleks dan memiliki dampak yang besar bagi kehidupan pasangan. Pencegahan dan deteksi dini adalah kunci penting mengatasi DE. Segera lakukan konsultasi dengan dokter apabila memiliki gejala DE agar mendapatkan terapi yang tepat sasaran dan dalam pemantauan yang benar.

Referensi

1. Feldman, H.A., et al. Impotence and its medical and psychosocial correlates: results of the Massachusetts Male Aging Study. J Urol, 1994. 151: 54.
2. Braun, M., et al. Epidemiology of erectile dysfunction: results of the ‘Cologne Male Survey’. Int J Impot Res, 2000. 12: 305.
3. Moreira, E.D., Jr., et al. Prevalence and correlates of erectile dysfunction: results of the Brazilian study of sexual behavior. Urology, 2001. 58: 583.
4. Vlachopoulos, C.V., et al. Prediction of cardiovascular events and all-cause mortality with erectile dysfunction: a systematic review and meta-analysis of cohort studies. Circ Cardiovasc Qual Outcomes, 2013. 6: 99.
5. Althof SE, et al. An update of the International Society of Sexual Medicine's guidelines for the diagnosis and treatment of premature ejaculation (PE). The Journal of Sexual Medicine. 2014;11:1392.
6. Saitz TR, et al. Advances in understanding and treating premature ejaculation. Nature Reviews Urology. 2015;12:629.
7. Althof SE, et al. Contemporary management of disorders of male orgasm and ejaculation. Urology. 2016;93:9.
8. Gur S, et al. Current therapies for premature ejaculation. Drug Discovery Today. 2016;21:1147.

For more information, contact us at bioactive500@bioactiveman.com